Kamis, 29 Juni 2017

Lingkup Aplikasi dan Isu-isu Andragogi

LINGKUP APLIKASI DAN ISU-ISU ANDRAGOGI

Lingkup Aplikasi

            Baik secara konseptual maupun praktikal, andragogi berlaku bagis segala bantuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk domain keterampilan lunak (soft skill), seperti pengembangan manajemen. Seni mengajar orang dewasa berlaku di semua tempat, ketika peserta didik atau warga belajarnya menunjukkan tanda-tanda kedewasaaan yang baik. Dengan demikian aplikasi andragogi berlaku di ruang khusus, pelatihan, pembekalan, pembimbingan khusus, bimbingan profesional, pemberantasan buta aksara, keaksaraan fungsional dan lain-lain. Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogi dengan desain pelatihan seperti berikut:

  •  Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan, misalnya perintah tertentu, fungsi, operasi, dan lain-lain.
  •  Pengajaran harus berorientasi pada tugas yang bermakna, bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam konteks tugas umum yang akan di lakukan.
  • Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbeda dari peserta didik, bahan belajar dan kegiatan harus memungkinkan berbagai tingkat atau jenis pengalaman yang sebelumnya.
  • Karena orang dewasa cenderung mandiri, pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, memberikan bimbingan dan bantuan ketika ada kesalahan yang dibuat.


Asumsi-asumsi Knowles bagi pembelajaran orang dewasa:

  • a.       Kebutuhan untuk tahu. Peserta didik atau pelajar dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu sebelum melakukan untuk mempelajarinya.
  • b.      Konsep diri. Peserta didik atau pelajar dewasa harus bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri dan harus diperlakukan sebagai diri pribadi yang mampu menentukan arah dirinya.
  • c.       Peran pengalaman belajar. Peserta didik atau pelajar dewasa memiliki berbagai pengalaman hidup yang merupakan sumber terkaya baginya untuk belajar. Namun demikian, pengalaman ini harus diilhami dengan bias dan prasangka.
  • d.      Kesiapan untuk belajar. Peserta didik atau pelajar dewasa siap untuk belajar hal-hal yang perlu mereka ketahui agar dapat mengatasi secara efektif situasi kehidupannya.
  • e.       Orientasi belajar. Peserta didik termotivasi untuk belajar apabila mereka merasa bahwa materi yang dipelajari akan membantu mereka menjalankan tugas yang dihadapinya sesuai dengan situasi kehidupan mereka.


Lima Isu

            Model andragogi menegaskan  lima isu akan dipertimbangkan dan dibahas dalam pembelajaran normal, yaitu:
  • 1.      Memberikan kesempatan kepada peserta didik tahu mengapa ada sesuatu yang penting untuk dipelajari.
  • 2.      Menunjukkan kepada peserta didik bagaimana mengarahkan diri mereka melalui informasi yang tersedia.
  • 3.      Topik kegiatan belajar terkait pengalaman peserta didik.
  • 4.      Manusia tidak akan belajar sampai mereka siap dan termotivasi untuk belajar.
  • 5.      Diperlukan upaya membantu mereka mengatasi hambatan, perilaku, dan keyakinan tentang belajar.


Pergeseran Konsepsi
            Di era informasi ini implikasi pergeseran konsepsi pembelajaran berpusat pada guru ke berpusat pada siswa merupakan fenomena pendidikan yang mengejutkan. Keduanya ada dalam realitas dan seringkali terpaksa seperti itu.

            Namun kemudian, menunda atau menekan langkah untuk melakukan pergeseran dari “berpusat pada guru” ke “berpusat pada siswa” akan memperlambat kemampuan untuk mempelajari teknologi baru dan mendapatkan keuntungan yang kompetitif.


Antonim Pedagogi
            Andragogi merupakan antonim atau lawan kata dari Pedagogi. Sebagai anonim pedagogi, praksis andragogi didasari atas asumsi seperti berikut:
  • 1.      Pelajar atau warga belajar dewasa bergerak menuju kemerdekaan dan mengarahkan dirinya sendiri. Pendidik atau guru mendorong gerakan ini.
  • 2.      Pengalaman belajar adalah sumber yang kaya untuk belajar bagi siswa atau warga belajar dewasa.
  • 3.      Orang-orang dewasa mempelajari apa yang perlu mereka ketahui, sehingga program belajar diorganisasin disekitar kehidupan mereka.
  • 4.      Pengalaman belajar harus didasarkan sekitar pengalaman, karena kinerja orang terpusat dalam pembelajaran mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar